Pandangan Habib Ahmad Semarang tentang Abah Guru Sekumpul Waktu Muda
Sekitar tahun 1964 para guru2 Darussalam mengadakan perjalanan ziarah ke pulau jawa untuk tabbarruk kepada aulia yg masih hidup maupun ziarah ke kubah 2 para aulia Allah , Rombongan itu terdiri dari : al-‘Alimul Fadhil Semman Mulya, al-‘Alimul Fadhil Guru Semman Komplek, al-‘Alimul Fadhil Husein Wali, Guru Badruddin, Abah Guru dan
Guru Zaini Mursyid.
Setelah star mulai Surabaya berakhir di Jakarta . Di Jakarta rombongan singgah ke tempat H. Abdul Qadir di Jakarta orang Martapura asli . Ketika itui Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf dari Semarang juga berkunjung, beliau bertanya kepada Abah Guru :
“Kamu sekarang membaca kitab apa?”
“Kitab Irsyadul Ibaad” jawab Abah Guru
“Bagus, nanti kamu akan aku ajari kitab Irsyadul Qulub.”
Habib Ahmad Semarang dengan kasyaf menceritakan gawian Abah Guru selama setahun , padahal Abah Guru tidak bisa bakisah sebelumnya .
Ketika Abah Guru lagi berada dibelakang rumah Habib Ahmad Semarang memanggil :
“Zein..” kata Habib
“Labbaik…”
“Kesinilah ente!” ujar beliau, “Ayat Alam Nasyrah sudah turun tidak ? Kenapa kamu suka melamun?”
Habib menjelaskan bahwa suatu hari Rasulullah SAW keluar dalam keadaan lapang dan gembira dan penuh senyuman, beliau berkata, “Satu kesulitan tidak akan mampu mengalahkan dua kemudahan, satu kesulitan tidak akan mampu mengalahkan dua kemudahan. (Beliau kemudian membaca ayat 5-6 surah al-Insyirah) Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.” Pengulangan kata “’Usr/kesulitan” dalam ayat tersebut, yang bersifat Makrifah/spesifik memiliki makna satu kali, sedangkan pengulangan kalimat “Yusr/kemudahan” yang bersifat Nakirah/umum memiliki makna dua kali
“Sekarang jangan melamun lagi ya” suruh beliau. “Zein…Semman Mana? Cari !”
“Ada Bib..” sahut Abah Guru , saat itu Guru Semman yang berada di kamar masih belum tidur
“Panggil kemari!” kata beliau
Abah Guru kemudian beranjak menuju kamar tamu.
“Apa Nang?” Ujar Guru Semman
“Itu Habib Ahmad memanggil” Keduanya kemudian langsung menemui Habib Ahmad.
“Semman, saksikan Zaini ini anak angkatku Dunia dan Akherat, wa ila Hadratin Nabi Al-Fatihah.”
Kemudian mereka membaca Surah Al-Fatihah. Habib bertanya lagi :
“Badruddin Mana?”
“Tidur Bib” kata Abah Guru
“Bangunin!” perintah Habib Ahmad
Sekali lagi Guru Zaini beranjak dari tempat duduknya. Ia kemudian membangunkan Guru Badruddin yang sedang tidur.
“Ada kabar apa Guru Zaini ?” tanya Guru Badruddin.
“Itu Habib Ahmad memanggil.” Segera mereka kembali ke tempat Habib Ahmad berada. Habib Ahmad langsung berkata :
“Badruddin, kamu dan Semman saksinya, Zaini ini Anak angkatku Dunia Akherat.”
Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf Semarang, beliau adalah seorang Waliyullah yang Majdzub, Keika Abah Guru umur 17 tahun, pernah berkunjung kerumah guru H. Badruddin di Kampung Jawa, Banyal yang bertamu ingin berjumpa dengan Habib Ahmad bin Muhammad As-segaf, setelah selesai semua yang hadir disuruh beliau pulang ke rumah masing-masing, saat itulah seorang ulama bertamu kepada beliau, Guru Zaini ketika itu masih berdiri disamping Habib. Kemudian ulama tersebut bersalaman kepada Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf, sehabis itu baru bersalaman kepada Zaini Muda, saat bersalaman kepada Zaini inilah Habib Ahmad As-seggaf menyeru kepada ulama tersebut : “Cium tangan Zaini, Cium tangan Zaini, Cium tangan Zaini, ini quthb cilik, ini quthb cilik” kata beliau. Saksi hidup yang menyaksikan kejadian ini adalah Guru Mu’in Dalam Pagar .
Moga menambah kecintaan dan keyakinan kita lewat kisah ini … aamiin
sumber : http://www.facebook.com/groups/parapencinta.abahguru/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar