Karomah Abah Guru Sekumpul 8
Abah Guru ketika berangkat haji yang kedua kalinya sekitar tahun 1980.
Layaknya ulama-ulama dari segala penjuru, jika sedang menunaikan haji ke Makkah, selalu menyempatkan sowan ke tempat para ulama Makkah. Begitu pula yang dilakukan oleh Abah Guru. Ketika itu yang menjadi pengantar Abah jika ingin sowan ke tempat para ulama di Makkah adalah Tuan Guru Hatim Salman dan Tuan Guru Sya’rani Toyyib.
Pada suatu hari, Abah Guru ingin bertamu kepada salah seorang habaib di kota Makkah. Seperti biasa, Guru Hatim selalu ada dan siap mengantar kemana saja beliau ingin pergi. Guru Hatim yang saat itu berada di dekat Abah Guru, dipinta oleh Abah menelpon terlebih dahulu Habib yang nantinya akan didatangi, agar kedatangan Abah Guru sudah ada janji sebelumnya dengan sang Habib. Mendengar Abah Guru begitu, Guru Hatim buru-buru menuju tangga naik ke atas tingkat dua untuk menelpon Habib yang dimaksud. Namun pada saat itu, Abah Guru segera mencegah Guru Hatim yang akan menaiki tangga. Ujar Abah Guru, “Tim (panggilan Abah kepada Guru Hatim), menelpon pakai ini saja (sambil meletakkan tangan ke dada).. Merasa dicegah, Guru Hatim meurungkan niatnya menelpon sang Habib tadi.
Pada saat yang telah ditentukan, berangkatlah Abah Guru bersama Guru Hatim dan Guru Sya’rani pergi menuju rumah sang Habib. Ternyata, sesaat ketika Abah Guru sampai di depan rumah Habib. Sang Habib telah duluan menunggu Abah Guru dengan berdiri di depan pintu sambil di tangannya memegang kipas ayaman dari buluh ; berkipas-kipas ringan. Sontak, kedua penggiring Abah yakni Guru Hatim dan Guru Sya’rani kaget, padahal sebelum berangkat ke sini tadi, sang Habib tidak jadi ditelpon, tetapi kenapa oleh sang Habib sudah mengetahuinya duluan, buktinya sang Habib sudah di depan menunggu, apalagi sang Habib berucap, saya telah menunggu kalian dari tadi.
Setelah diingat-ingat. Barulah disadari, bahwa isyarat Abah Guru tadi meletakkan tangan ke dada yang dimaksud adalah hati. Artinya hubungan antara Abah Guru dan Habib sudah terjalin melalui hati bathiniyah. Sehingga tidak perlu lagi memakai alat keduniaan seperti telpon tadi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar